JAKARTA – Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho mengatakan Indonesia dinilai memiliki potensi menguasai ekosistem baterai global, layaknya negeri Arab Saudi yang menguasai industri minyak dunia.
Menurut Toto, hal ini bisa kejadian mengingat Indonesia mempunyai sumber daya alam (SDA) melimpah untuk pembuatan baterai, yaitu nikel.
Nikel berperan penting dalam industri kendaraan listrik. Logam ini merupakan bahan baku utama pembuatan baterai.Nikel dipadukan bersama kobalt dan mangan untuk memproduksi baterai litium-ion, jenis baterai paling umum digunakan dalam motor maupun mobil listrik.
“Indonesia memiliki sumber daya yang cukup terkait nikel untuk bisa memenuhi kebutuhan bagian-bagian dari kendaraan listrik. Pada saat ini posisi kami akan mengkonversi nikel menjadi bahan-bahan untuk baterai yang akan digunakan dalam kendaraan listrik,” kata Toto di Jakarta, Kamis (7/9).
Toto menjelaskan dengan kapasitas SDA yang ada sekarang, Indonesia harus mampu masuk ke dalam sistem rantai pasok global terkait kendaraan listrik, utamanya pada komponen pembuatan baterai
“Kita harus mendorong kemajuan bukan hanya baterai tetapi juga untuk masuk ke rantai supply global,” ucap dia.
Ia memprediksi dalam beberapa tahun ke depan, nama Indonesia bakal semakin diperhitungkan untuk urusan kendaraan listrik, seperti Arab Saudi yang menguasai industri minyak global.
“Jadi kita sudah mulai produksi baterai dan beberapa tahun ke depan bisa meningkat 70 persen. Kita juga memiliki potensi seperti Arab Saudi dalam hal minyak sehingga memiliki keuntungan global (karena) memiliki sumber daya nikel tetapi kita harus memastikan nikel ini bisa masuk ke dunia,” ucap Toto.
Lebih lanjut, Toto bilang pihaknya akan berupaya memenuhi permintaan material baterai agar tidak hanya sesuai dengan permintaan dalam negeri, tapi juga mancanegara.
IBC sebelumnya menargetkan pabrik baterai mobil listrik yang menggandeng LG Energy Solution Ltd dan Hyundai Motor Group di Karawang, Jawa Barat, akan berproduksi mulai 2025.
Mengutip data Booklet Nikel 2020 yang dirilis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), cadangan bijih nikel RI mencapai 4,5 miliar ton.
Sumber dayanya diperkirakan jauh lebih besar lagi, yakni 11,7 miliar ton. Sumber-sumber nikel itu 90 persen tersebar di Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara.
Gurihnya potensi nikel RI memikat banyak investor berdatangan ingin menambang hingga membangun pabrik pemurnian (smelter).
Kedatangan pemodal asing kian banyak semenjak Presiden Joko Widodo (Jokowi) melarang ekspor bijih nikel per Januari 2020, serta menggaungkan hilirisasi komoditas ini. (red)